Menanggulangi Paparan Pestisida Berlebih di Lingkungan

0
Pestisida
Pestisida merupakan substansi atau campuran substansi yang ditujukan untuk melindungi, menghancurkan, atau mengontrol organisme penggaggu, digunakan secara meluas terutama di sektor pertanian, industri, dan perumahan (Ortiz-Hernandes dkk, 2013).

Menurut US Environmental Protection Agency, ada beberapa penggolongan pestisida. Penggolongan tersebut beserta contohnya antara lain: 1) akarida dan pestisida antara lain (1,1-Bis(chlorophenyl)-2,2,2-trichloroethanol), malation, endosulfan untuk mengatasi serangga, tikus, ulat, dsb; 2) algasida antara lain oksifluorfen, kaslium hpoklorit, diuron untuk mengatasi alga; 3) fumigan antara lain etilen oksida dan propilen oksida; 4) fungisida antara lain dodin, maneb, ferbam, captan untuk mengatasi jamur; 5) herbisida antara lain asam peroksiasetat untuk mengatasi gulma; 6) mikrobiosida antara lain hidrogen peroksida untuk mengatasi bakteri penganggu.
Tidak adanya aturan dalam menggunakan pestisida menyebabkan penggunaan pestisida berlebihan dan menumpuk di alam. Pestisida yang tumpah, bocor, dan kecelakaan pestisida lain menyebabkan semakin menumpuknya pestisida di alam, akibatnya pestisida banyak mengendap di tanah dan air.
menyebabkan paparan pestisida ke manusia semakin besar.

Secara umum pestisida yang berlebihan dapat menganggu keseimbangan ekosistem. Namun menurut Mesaggne dkk., 2014 pestisida tertentu dapat bersifat 10.000 x kebih beracun di dalam tubuh manusia. Manusia tidak hanya terpapar pestisida secara langsung tetapi juga melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Akibatnya manusia dapat menyimpan dan mengakumulasi pestisida di dalam jaringan lemak (Agrawal dkk., 2010 dalam Ortiz-Hernandez dkk., 2013). Efek dari paparan pestisida  yang berlebihan dapat mengakibatkan tremor, kejang, mual, diare, pingsan, peradangan kulit, kerusakan otak permanen, dan kematian (Endosulfan Fact Sheet).
Selain itu, pestisida yang tertelan atau pun terpapar kulit juga dapat menyebabkan gangguan kerja enzim asetilkolin esterase, aspartat transaminase, alanin transaminase, dan alkalin fosfatase (ALP). Kerusakan tubuh lain akibat terpaparnya pestisida adalah ganggua kerja saraf, ketidakmampuan untuk beristirahat dengan baik, kelelahan otot, radang selaput lendir, kerusakan janin, dan kanker.

Antisipasi untuk mengatasi masalah paparan pestisida berlebihan
Usaha mengurangi pestisida di lingkungan
Bioremediasi
Bioremediasi merupakan teknik pembersihan lingkungan dari kontaminasi berbagai macam senyawa senobiotik (senyawa kimia buatan) dengan menggunakan makhluk hidup, agar kontaminasi tersebut menjadi tidak beracun atau kurang beracun keberadaannya di alam. Bioremediasi ini dinilai lebih aman, lebih hemat biaya, dan lebih tidak beracun daripada membersihkan lingkungan dengan teknik fisik atau kimiawi.
Bioremediasi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu; biostimulasi, bioaugmentasi, dan fitoremediasi. Biostimulasi merupakan metode pembersihan kontaminan di lingkungan dengan cara mempercepat atau memperbanyak pertumbuhan mikroorganisme di lingkungan tersebut. Menambahkan nutrisi untuk menstimulasi pertumbuhan mikroorganime merupakan salah satu metode biostimulasi. Laporan oleh Tortella dkk., 2010 penambahan pupuk anorganik (N, P, K) pada konsentrasi 0.1% and 0.5% dapat meningkatkan degradasi klorpirifos secara signifikan. Sedangkan menurut Afify dkk., 2013 iradiasi jamur Trichoerma harzianum dengan menggunakan sinar gamma dosis rendah dapat meningkatkan degradasi pestisida oksamil sebanyak 10%.
Bioaugmentasi merupakan proses penambahan jumlah atau pun kemampuan mikrobiota untuk meningkatkan proses degradasi, yang termasuk di dalamnya adalah rekayasa genetika. Penelitian yang dilakukan oleh Diez dkk., 2012, dengan menambahkan jamur Anthracophyllum discolor, dapat meningkatkan degradasi pestisida sebanyak 18%.
Sedangkan fitoremediasi merupakan menyerap, memindahkan, dan membuang atau mengubah senyawa racun di alam menjadi tidak bercun, dengan menggunakan tanaman. Menumbuhkan tanaman perdu di daerah yang tercemar pestisida, memanennya, kemudian membuah tanaman tersebut merupakan metode mudah untuk mengurangi cemaran pestisida dan menambah estetika di lingkungan.
Fitoremediasi, untuk dekontaminasi pestisida dan estetika. Credit: homedesign.com

Penciptaan kondisi yang baik untuk pertumbuhan organisme seperti penambahan kompos, pupuk kandang, sisa medium pertumbuhan jamur, dan limbah biogas juga merupakan metode untuk mempercepat bioremediasi pestisida. Meningkatkan kelembaban, menentukkan pH, dan suhu merupakan metode lain untuk meningkatkan kekayaan mikroorganime dan meningkatkan proses bioremediasi (Hindumathy dan Gayatri, 2013).

Usaha mencegah penambahan akumulasi pestisida
  1. Menggunakan pestisida dari bahan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan untuk mengontrol hama pengganggu tanaman antara lain: Strepmyces sp. strain K61, Bacillus subtilis MBI 600, Ampelomyces quisqualis isolat M-10, Candida oleophila isolat I-182, Pseudomonas syringae, Giocladium catenulatum strain J446, Pseudomonas fluorescens strain PRA-25, Bacillus subtilis strainQST 713, Pseudomonas chlororaphis strain 63-28, Coniothyrium minitans  strain CON/M/91-08, Streptomyces lydicus WYEC 108, Pantoea aglomerans strain C9-1, Bacillus mycoides isolat J, Pantoea agglomerans strain E325, Pythium oligandrum DV74,Trichoderma gamsil strain ICC 080, Trichoderma asperellum strain ICC 012, Trichoderma hamatum siolat 382, Pseudomonas fluorescens strain CL145A, Bacillus subtilis strain C-9060, Trichoderma virens strain G-41, Aureobasidium pullulans strain DSM 14940 dan 14941. 
  2. Menggunakan pestisida alami. Senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mengontrol hama pengaggu tanaman antara lain belerang, kaolin minyak jojoba saponin dari ekstrak Quillaja saponaria, lemon.
  3. Menambahkan mikroorganisme yang dapat menguraikan pestisida di makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Azizi 2012 menyatakan bahwa Debariomyces, Micrococcus dan Lactobacillus memiliki kemampuan mengurai DDT dan HCH. Juga penambahan campuran mikrobia pada sosis dapat menurunkan konsentrasi HCH. Penemuan lain adalah bakteri gram positif Lactobacilli, Streptococci dan khamir dapat mendegradasi DDT dan DDE pada keju Roquefort biru.
  4. Menciptakan mini mikronishia dengan menggunakan kopi. Di beberapa negara kopi dibuang untuk menjaga kestabilan harga, seperti di Meksiko membuang 5% dari total eksport kopi (sekitar 12.000 ton). Penelitian di laboratorium diketahui bahwa, kopi merupakan produk pertanian yang mengandung karbohidrat, vitamin, mineral, protein, dan alkaloid, yang dapat digunakan untuk menumbuhkan biofilm oleh bakteri (Franca dkk., 2005 dalam Barragan-Huerta dkk., 2007). Kopi dan biofilm ini merupakan mini mikronishia yang dapat digunanakan untuk menyaring pestisida DDT dan endosulfan. Hasilnya bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat pada biofilm tersebut dapat mengurai pestisida DDT dan endosulfan (Barragan-Huerta dkk, 2007).
  5. Mengembangkan kembali predator alami. Dari sekolah dasar kita sering belajar predator untuk mengendalikan hama alami, seperti burung pemangsa serangga, kelelawar dapat memangsa ribuan serangga dalam semalam, kumbang betina dapat memangsa kutu daun. Kita dapat menginstal rumah predator di halaman atau sawah kita. Atau membeli bibit predator di majalah pertanian (EPA, 2005)
  6. Pestisida biokimi termasuk feromon dan hormon serangga. Feromon merupakan bahan kimia yang dilepaskan oleh berbagai macam organisme (termasuk serangga), sebagai alat untuk berkomunikasi dengan organisme lain yang se-spesies. Feromon dapat digunakan untuk menjebak serangga pengganggu tanaman. Hormon serangga juvenil akan mengganggu perkembangan serangga normal dan fungsi reproduksi dengan mekanisme seperti mekanisme pada pestisida.
  7. Konsumsi makanan liar. Mengkonsumsi makanan yang masih tumbuh liar, seperti mengkonsumsi buah-buahan yang tumbuh di hutan, memancing di daerah pegunungan, atau berburu, akan mengurangi paparan pestisida di tubuh. Namun hati-hati untuk tidak memancing ikan di daerah pembuangan air dari lahan pertanian atau tanaman di sekitar tersebut, karena di daerah tersebut juga terpapar pestisida.
  8. Manumbuhkan sendiri sumber bahan makanan. Menumbuhkan sendiri sumber bahan makanan seperti sayur-sayuran, bumbu dapur, buah-buahan, tanpa menggunakan pestisida kimia, dapat mengurangi paparan pestisida kimia.
  9. Mencuci buah dan sayur dengan baik. Mencuci sayur dan buah dengan air mengalir, menyikatnya, atau pun mengupasnya, jika dapat dikupas. Mengambil tindakan ini dapat membung residu pestisida yang berlebihan di sayur atau buah. Namun sebagai catatan, mencuci dan menggosok sayur dan buah ini tidak dapat membuang pestisida yang telah diserap sayur dan buah tersebut. Selain itu, membuang atau mengurangi konsumsi lemak dan kulit ikan, juga dapat mengurangi timbunan pestisida. Hal ini karena pestisida banyak di simpan di jaringan lemak dan kulit ikan (EPA, 2005).

Pustaka:
Afify, Abd El-Moneim MR, Mohamed A Abo-El-Seoud, Ghada M Ibrahim, dan Bassam W Kasse. 2013. Stimulating of Biodegradation of Oxamyl Pesticide by Low Dose Gamma Irradiated Fungi. J Plant Pathol Microb ISSN:2157-7471
Anonim. 2014. INDEX to PESTICIDE TYPES and FAMILIES and PART 180 TOLERANCE INFORMATION of PESTICIDE CHEMICALS in FOOD and FEED COMMODITIES. US Environmental Protection Agency Office of Pesticide ProgramsAzizi, Aslan. Bacterial-Degradation of Pesticides Residue in Vegetables During Fermentation. www.intechopen.com
Barragan-Huerta, C. Costa-Peres, J. Peralta-Cruz, J. Barrera-Cortez, F. Esparza-Garcia, R. Rodriguez-Vaquz. 2007. Biodegradation of organochlorine pestisdes by bacteri grown in microniches of the porous structure of green bean coffe. International Biodeteriation & Biodegradation 59: 239-244.
Damalas, Christos A. dan Ilias G. Eleftherohorino. 2011. Pesticide Exposure, Safety Issues, and Risk Assessment Indicators Int. J. Environ. Res. Public Health, 8
Diez M.C., Elgueta S., Fernandez S. dan Gallardo F. 2012. Bioaugmentation of biobed biomixture with fungal pellets of Anthracophyllum discolor to improve pesticides degradation. New Biotechnol. 29, S195.
Endosulfan Fact Sheet
EPA. 2005. Citizen's Guide to Pest Control and Pesticide Safety. United State Environmental Protection Agency.
Franca . S., Oliveira L. S., Mendoca J. C. F., Silva X. A. 2005. Physical and chemical atttributes of defedtiv crude and roasted coffee beans. Food Chemistry 90:89-94. Dalam Barragan-Huerta, C. Costa-Peres, J. Peralta-Cruz, J. Barrera-Cortez, F. Esparza-Garcia, R. Rodriguez-Vaquz. 2007. Biodegradation of organochlorine pestisdes by bacteri grown in microniches of the porous structure of green bean coffe. International Biodeteriation & Biodegradation 59: 239-244.
Hindumathy C.K. dan Gayathri V. 2013. Effect of Pesticide (Chlorpyrifos) on Soil Microbial Flora and Pesticide Degradation by Strains Isolated from Contaminated Soil.  J Bioremed Biodeg, 4:2
Ortiz-Hernandez Ma. Laura, Enrique Sanchez-Salinasi,  María Luisa Castrejon Godinez, Edgar Dantan Gonzales,  Elida Carolina Popoca Ursino. Mechanisms dan stratedies for pesticide biodegradation : opportunity for waste, soils and water cleaning. Rev. Int. Contam. Ambie. 29: Message, Robin, Nicolas Defarge, Joël Spiroux de Vendômois, dan Gilles-Eric Séralini. 2014.
Major Pesticides Are More Toxic to Human Cells Than Their Declared Active Principles
BioMed Research International 85-104
Kumar,
Ranjit,
Arun Kumar, Mohammad Ali. 2012.
Effect of Curcuma longa on Ovary of Endosulfan Exposed mice: Medicinal Plants and Pesticide Paperback

Tortella G.R., Rubilar O., Cea M., Wulff C., Martínez O. dan Diez M.C. 2010. Biostimulation of agricultural biobeds with npk fertilizer on chlorpyrifos degradation to avoid soil and water contamination. J. Soil Sci. Plant. Nutr. 10, 464-475.
www.homedesign.com