0
Pelekatan mikroba di gigi
Pembentukkan lapisan di gigi diawali dengan pelekatan protein di enamel gigi yang disebut sebagai pelikel. Pelikel ini mengandung albumin, lisozim, glikoprotein, fosfoprotein, lemak, and gingival crevice fluid (Gomes, dkk. 2011). Mikroorganisme akan mendekati, melekat, dan membentuk koloni beberapa jam setelah terbentuk pelikel untuk membentuk biofilm.
Secara umum, biofilm bersifat: 1) Dilindungi oleh matriks ekstra seluler sehingga sangat resisten terhadap antibiotik, senyawa antimikroba, dan sistem pertahanan alami yang diproduksi oleh manusia, tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur atau terkena aliran air; 2) Memiliki mekanisme kuorum sensing, yaitu komunikasi antar mikrobia di dalam biofilm tersebut untuk menentukkan ekspresi gen secara tunggal; 3) Terjadi pertukaran gen antar mikroorganisme di dalam tersebut sehingga memungkinkan bakteri semakin kuat dan tahan terhadap tekanan dari luar, seperti bahan kimia, tekanan fisik seperti gosok gigi, antibiotik, dsb (Jill S., dkk. 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh 14.17, mikroorganisme yang sering didapati pada gigi yang sakit adalah Tannerella forsythensis (yang sebelumnya dikenal sebagai Bacteroides forsythus), Porphyromonas gingivalis dan Actinobacillus actinomycetemcomitans yang berkaitan dengan mikroorganisme tingkat sedang yaitu C. rectus, E. nodatum, F. nucleatum, P. intermedia/
nigrescens, P. micros, S. intermedium, and T. denticola yang kemungkinan dapat menjadi mikroorganisme patogen. Streptococcus oralis, Actinomyces naeslundii, Streptococcus mitis, Streptococcus downei dan Streptococcus sanguinis juga merupakan mikroorganisme yang sering terdapat pada gigi menurut penelitian Schlafer S., dkk. 2011. Pelekatan mikroorganisme pada pelikel dipengaruhi oleh pH, suhu, tingkat nutrisi, kekuatan ion, hidrofobsitas pelikel, strain mikroorganisme, struktur permukaan mikroorganisme, dsb.
Hidrofobisitas pelikel mempengaruhi pelekatan mikroorganisme ke gigi tersebut. Struktur sel seperti fimbriae, protein lain, komponen bakteri gram positif (asam mikolat) lebih mudah menempel pada permukaan pelikel yang bersifat hidrofobik. Sedangkan struktur sel mikrobe yang banyak mengandung lipopolisakarida, eksopolisakarida lebih mudah melekat pada permukaan pelikel yang bersifat hidrofilik.
Lapisan biofilm semakin lama akan semakin matang dan kompleks. Plak merupakan lapisan biofilm yang kompleks dan terlihat oleh mata.
Menghilangkan Biofilm
Membersihkan sela-sela gigi
Hal ini dkikarenakan kebanyakan sikat gigi tadap dapat mengakses semua bagian gigi. Sela-sela gigi merupakan bagian dimana ia berakumulasi, berkembang biak, tanpa adanya gangguan. Plak yang terbentuk pada sela-sela gigi ini dapat menyebabkan peradangan dan perdarahan dan meningkatkan resiko penyakit gigi (Jacquelyn, dkk. 2012).
Mengkonsumsi Susu
Protein susu seperti laktoferin telah menunjukkan kemampuannya untuk menghambat pembentukkan koloni bakteri di permukaan gigi, terutama gigi yang sudah terlapisi pelikel. Juga protein osteopontin, bovine milk osteopontin (OPN), glikoprotein dengan kandungan fosfor yang tinggi, dapat dengan kuat mengurangi pembentukkan biofilm di gigi dalam uji secara in vitro (Schlafer S., dkk. 2012).
Mencegah pembentukkan koloni gigi
Pembentukkan lapisan di gigi diawali dengan pelekatan protein di enamel gigi yang disebut sebagai pelikel. Pelikel ini mengandung albumin, lisozim, glikoprotein, fosfoprotein, lemak, and gingival crevice fluid (Gomes, dkk. 2011). Mikroorganisme akan mendekati, melekat, dan membentuk koloni beberapa jam setelah terbentuk pelikel untuk membentuk biofilm.
Secara umum, biofilm bersifat: 1) Dilindungi oleh matriks ekstra seluler sehingga sangat resisten terhadap antibiotik, senyawa antimikroba, dan sistem pertahanan alami yang diproduksi oleh manusia, tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur atau terkena aliran air; 2) Memiliki mekanisme kuorum sensing, yaitu komunikasi antar mikrobia di dalam biofilm tersebut untuk menentukkan ekspresi gen secara tunggal; 3) Terjadi pertukaran gen antar mikroorganisme di dalam tersebut sehingga memungkinkan bakteri semakin kuat dan tahan terhadap tekanan dari luar, seperti bahan kimia, tekanan fisik seperti gosok gigi, antibiotik, dsb (Jill S., dkk. 2003).
Mikroorganisme di gigi (Gomes, 2011) |
Menurut penelitian yang dilakukan oleh 14.17, mikroorganisme yang sering didapati pada gigi yang sakit adalah Tannerella forsythensis (yang sebelumnya dikenal sebagai Bacteroides forsythus), Porphyromonas gingivalis dan Actinobacillus actinomycetemcomitans yang berkaitan dengan mikroorganisme tingkat sedang yaitu C. rectus, E. nodatum, F. nucleatum, P. intermedia/
nigrescens, P. micros, S. intermedium, and T. denticola yang kemungkinan dapat menjadi mikroorganisme patogen. Streptococcus oralis, Actinomyces naeslundii, Streptococcus mitis, Streptococcus downei dan Streptococcus sanguinis juga merupakan mikroorganisme yang sering terdapat pada gigi menurut penelitian Schlafer S., dkk. 2011. Pelekatan mikroorganisme pada pelikel dipengaruhi oleh pH, suhu, tingkat nutrisi, kekuatan ion, hidrofobsitas pelikel, strain mikroorganisme, struktur permukaan mikroorganisme, dsb.
Hidrofobisitas pelikel mempengaruhi pelekatan mikroorganisme ke gigi tersebut. Struktur sel seperti fimbriae, protein lain, komponen bakteri gram positif (asam mikolat) lebih mudah menempel pada permukaan pelikel yang bersifat hidrofobik. Sedangkan struktur sel mikrobe yang banyak mengandung lipopolisakarida, eksopolisakarida lebih mudah melekat pada permukaan pelikel yang bersifat hidrofilik.
Lapisan biofilm semakin lama akan semakin matang dan kompleks. Plak merupakan lapisan biofilm yang kompleks dan terlihat oleh mata.
Menghilangkan Biofilm
Membersihkan sela-sela gigi
Hal ini dkikarenakan kebanyakan sikat gigi tadap dapat mengakses semua bagian gigi. Sela-sela gigi merupakan bagian dimana ia berakumulasi, berkembang biak, tanpa adanya gangguan. Plak yang terbentuk pada sela-sela gigi ini dapat menyebabkan peradangan dan perdarahan dan meningkatkan resiko penyakit gigi (Jacquelyn, dkk. 2012).
Mengkonsumsi Susu
Protein susu seperti laktoferin telah menunjukkan kemampuannya untuk menghambat pembentukkan koloni bakteri di permukaan gigi, terutama gigi yang sudah terlapisi pelikel. Juga protein osteopontin, bovine milk osteopontin (OPN), glikoprotein dengan kandungan fosfor yang tinggi, dapat dengan kuat mengurangi pembentukkan biofilm di gigi dalam uji secara in vitro (Schlafer S., dkk. 2012).
Mencegah pembentukkan koloni gigi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh menggunakan air bersih atau tidak terkontaminasi, dapat mencegah pembentukkan biofilm. Berkumur dengan obat kumur yang mengandung bahan kimia seperti di bawah ini juga dapat mencegah pembentukkan biofilm: larutan klorin maksimal 5.25%, Hidrogen peroksida (H2O2) contohnya Sterilex ultra dan sanosil-used, Asam sitrat 0.224%, Iodine, glutaraldehyde T4, Listerine, dan sodium fluorida.
Menggunakan enzim pelarut matriks biofilm
Beberapa
enzim yang digunakan untuk melarutkan matriks biofilm antara lain
Bromelain (enzim protease), Dispersin B (enzim hidrolase likosida),
DNase I, and RNase, digunakan secara individual ataupun bersama-sama
dapat melepaskan biofilm Streptococcus mutans, yang dilakuakan oleh A. Rmaile, 2013. Penggunaan ini dilarutkan dalam cairan dan digunakan dengan airfloss burst. Penggunaan agen Pereduksi dan Pengoksidasi Bakteri baik (probiotik) Probiotik yang terdapat pada yoghurt seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus menurup penelitian Haukioja dapat berkompetisi dengan bakteri mulut untuk membentuk biofilm, berkompetisi dalam mendapatkan nutrisi, memproduksi senyawa antibakteri, memicu sistem imun tubuh dengan meningkatkan produksi IgA, menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginduksi produksi sitokinin. Menghambat komunikasi antar mikroorganisme dalam biofilm Fotoaktivasi mikroorganisme Menurut laporan 24 penambahan senyawa perduksi, seperti methylene blue, ke gigi yang terinfeksi dapat menghambat pertumbuhan P. Gingivalis. Mengurangi pembentukkan Cairan Sulkus Gingiva (CSG) Cairan sulkus gingiva, atau yang dikenal sebagai Cervicular Gingiva Fluid, merupakan eksudat yang terbentuk di sela-sela gigi yang berasal dari pembuluh darah. Karena berasal dari pembuluh darah, maka cairan ini mirip dengan cairan pembuluh darah. Mengurangi CSG dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa anti radang. Mengontrol pH biofilm Yang dapat dilakukan dengan menggunakan flouride, mengurangi konsumsi gula, dan banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat basa Kombinasi antibiotik Dapat menggunakan antibiotik sistemik seperti amoksilin, metronidazole, tetrksilin, doksisiklin, dan Augmentin. Atau dapat juga menggunakan antimikroba seperti tetraksilin, metronidazole, dan gel minosklin, potongan klorheksidin, dan polimer doksisiklin. Penggunaan senyawa antibiotik topikal pada produk-produk perawatan gigi dan mulut seperti klorheksidin, triklosan, triclosan, cetylpyridinium chloride, minyak esensial, dan berbagai macam garam logam seperti senysawa zinc, dan florida juga dapat dilakukan. Perpaduan penggunaan senyawa-senyawa tersebut juga dapat digunakan untuk mengatasi mikroba yang resisten atau agar senyawa tersebut bekerja secara sinergis untuk mengatasi kuman penyakit (Gomes, dkk., 2011). Menggunakan senyawa kimia alami Bedasarkan laporan Gomes dkk.2011, beberapa senyawa alami mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri di biofilm seperti cengkih, sirih, . Jangkauan luas dari metabolit sekunder burfungsi untuk melindungi tanaman tersebut dari mikroba patogen dan dari kerusakan induksi parasit. Senyawa ini dapat digunakan untuk mengatasi infeksi manusia. Menggunakan farnesol Farnesol merupakan minyak esensial yang dihasilkan oleh beberpa organisme seperi jeruk, Pluchea dioscoridis, jagung dan pittosporum undulatum, yang memungkinkan melindungi tanaman dari kerusakan akibat parasit (ncbi.nlm.nih.gov), dan juga dapat diproduksi oleh beberapa organisme seperti kamir Candida albicans. Senyawa ini telah digunakan selama beberapa tahun untuk tujuan teraputik, kosmetik, aroma dan pelindung makanan. Dengan kelengkapan molekul yang berfungsi sebagai antimikroba, telah dipelajari sebagai anti mikroba memerangi mikroba dan igunakan sebagai alternatif antibiotik (Gomes, dkk., 2011). Mengkonsumsi Licorice Likorice seringkali ditambahkan pada pasta gigi dan obat kumur. Bahan aktif dalam likorice dapat menghambat pertumbuhan plak. Tetapi likorice ini harus dihindari pada penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Teh Dandelion Dandelion (Taraxacum officinale) umumnya dibuat teh dan mengandung biotin, kalsium, kolin, lemak, iron, magnesium, niasin, PABA, phosphorus, proteins, sulfur, zinc, dan berbagai vitamin. Minum teh dandelion sangat bermanfaat untuk mengobati peradangan gusi yang juga dapat menyebabkan CSG (Charantimath dan Rakesh. 2011). Peppermint Peppermint (Meutha piperita) mengandung mentol, metil asetat, asam tanik acid, dan vitamin C. Menggunakan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung peppermint depat menghambat penyerapan besi oleh bakteri, yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. Penggunaan minyak peppermint juga membantu meredakan peradangan gusi (Charantimath dan Rakesh. 2011). Menggunakan minyak alamiMinyak alami telah digunakan di beberapa orang Indian untuk berkumur dengan kemampuan bahwa kekenta;an minyak dapat menghambat pelekatan bakteri dan penggumpalan plak (Thaweboon, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sroisiri dkk, 2011 menemukan bahwa penggunaan minyak kelapa dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Candida albicans. Minyak wijen memiliki sifat antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Sedangkan minyak biji bunga matahari memilili sifat anti jamur untuk memerangi Candida albicans. Konsumsi NAC N-acetylcysteine (NAC) merupakan asam amino dengan antioksidan yang kuat, antimukolitik dan antibakteri, dan oleh manusia NAC ini akan diubah menjadi sistein (Gomes, dkk, 2011). Sistein ini juga mempu menghancurkan atau menghambat ekstra polisakarida, EPS, yang merupakan komponen utama pada biofilm. NAC ini banyak ditemukan pada makanan seperti daging seperti ayam, sosis, bebek, ikan, dan produk olahan susu seperti keju ricotta, keju cottage, yogurt dan telur (livestrong.com)
Menggunakan enzim pelarut matriks biofilm
Beberapa
enzim yang digunakan untuk melarutkan matriks biofilm antara lain
Bromelain (enzim protease), Dispersin B (enzim hidrolase likosida),
DNase I, and RNase, digunakan secara individual ataupun bersama-sama
dapat melepaskan biofilm Streptococcus mutans, yang dilakuakan oleh A. Rmaile, 2013. Penggunaan ini dilarutkan dalam cairan dan digunakan dengan airfloss burst. Penggunaan agen Pereduksi dan Pengoksidasi Bakteri baik (probiotik) Probiotik yang terdapat pada yoghurt seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus menurup penelitian Haukioja dapat berkompetisi dengan bakteri mulut untuk membentuk biofilm, berkompetisi dalam mendapatkan nutrisi, memproduksi senyawa antibakteri, memicu sistem imun tubuh dengan meningkatkan produksi IgA, menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginduksi produksi sitokinin. Menghambat komunikasi antar mikroorganisme dalam biofilm Fotoaktivasi mikroorganisme Menurut laporan 24 penambahan senyawa perduksi, seperti methylene blue, ke gigi yang terinfeksi dapat menghambat pertumbuhan P. Gingivalis. Mengurangi pembentukkan Cairan Sulkus Gingiva (CSG) Cairan sulkus gingiva, atau yang dikenal sebagai Cervicular Gingiva Fluid, merupakan eksudat yang terbentuk di sela-sela gigi yang berasal dari pembuluh darah. Karena berasal dari pembuluh darah, maka cairan ini mirip dengan cairan pembuluh darah. Mengurangi CSG dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa anti radang. Penambahan basa pembentuk nutrisi, yaitu arginin Menghambat enzim mikroorganisme Mengontrol pH biofilm Yang dapat dilakukan dengan menggunakan flouride, mengurangi konsumsi gula, dan banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat basa Kombinasi antibiotik Dapat menggunakan antibiotik sistemik seperti amoksilin, metronidazole, tetrksilin, doksisiklin, dan Augmentin.15 Atau dapat juga menggunakan antimikroba seperti tetraksilin, metronidazole, dan gel minosklin, potongan klorheksidin, dan polimer doksisiklin. Penggunaan senyawa antibiotik topikal pada produk-produk perawatan gigi dan mulut seperti klorheksidin, triklosan, triclosan, cetylpyridinium chloride, minyak esensial, dan berbagai macam garam logam seperti senysawa zinc, dan florida juga dapat dilakukan. Perpaduan penggunaan senyawa-senyawa tersebut juga dapat digunakan untuk mengatasi mikroba yang resisten atau agar senyawa tersebut bekerja secara sinergis untuk mengatasi kuman penyakit (Gomes, dkk., 2011). Menggunakan senyawa kimia alami Bedasarkan laporan Gomes dkk.2011, beberapa senyawa alami mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri di biofilm seperti cengkih, sirih, . Jangkauan luas dari metabolit sekunder burfungsi untuk melindungi tanaman tersebut dari mikroba patogen dan dari kerusakan induksi parasit. Senyawa ini dapat digunakan untuk mengatasi infeksi manusia. Menggunakan farnesol Farnesol merupakan minyak esensial yang dihasilkan oleh beberpa organisme seperi jeruk, Pluchea dioscoridis, jagung dan pittosporum undulatum, yang memungkinkan melindungi tanaman dari kerusakan akibat parasit (ncbi.nlm.nih.gov), dan juga dapat diproduksi oleh beberapa organisme seperti kamir Candida albicans. Senyawa ini telah digunakan selama beberapa tahun untuk tujuan teraputik, kosmetik, aroma dan pelindung makanan. Dengan kelengkapan molekul yang berfungsi sebagai antimikroba, telah dipelajari sebagai anti mikroba memerangi mikroba dan igunakan sebagai alternatif antibiotik (Gomes, dkk., 2011). Mengkonsumsi Licorice Likorice seringkali ditambahkan pada pasta gigi dan obat kumur. Bahan aktif dalam likorice dapat menghambat pertumbuhan plak. Tetapi likorice ini harus dihindari pada penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Teh Dandelion Dandelion (Taraxacum officinale) umumnya dibuat teh dan mengandung biotin, kalsium, kolin, lemak, iron, magnesium, niasin, PABA, phosphorus, proteins, sulfur, zinc, dan berbagai vitamin. Minum teh dandelion sangat bermanfaat untuk mengobati peradangan gusi yang juga dapat menyebabkan CSG (Charantimath dan Rakesh. 2011). Peppermint Peppermint (Meutha piperita) mengandung mentol, metil asetat, asam tanik acid, dan vitamin C. Menggunakan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung peppermint depat menghambat penyerapan besi oleh bakteri, yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. Penggunaan minyak peppermint juga membantu meredakan peradangan gusi (Charantimath dan Rakesh. 2011). Menggunakan minyak alamiMinyak alami telah digunakan di beberapa orang Indian untuk berkumur dengan kemampuan bahwa kekenta;an minyak dapat menghambat pelekatan bakteri dan penggumpalan plak (Thaweboon, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sroisiri dkk, 2011 menemukan bahwa penggunaan minyak kelapa dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Candida albicans. Minyak wijen memiliki sifat antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Sedangkan minyak biji bunga matahari memilili sifat anti jamur untuk memerangi Candida albicans. Arginin Arginine merupakan salah satu asam amino alami. Beberapa makanan sumber arginin adalah keju, daging merah, ayam, kalkun, bebek, produk susu, lentil, kedela dan berbagai macam kacang-kacangan dan biji-bijian. Arginine dapat membantu memecah plak dan menghidari penyakit gigi dan gusi (food.ndtv.com). Konsumsi NAC N-acetylcysteine (NAC) merupakan asam amino dengan antioksidan yang kuat, antimukolitik dan antibakteri, dan oleh manusia NAC ini akan diubah menjadi sistein (Gomes, dkk, 2011). Sistein ini juga mempu menghancurkan atau menghambat ekstra polisakarida, EPS, yang merupakan komponen utama pada biofilm. NAC ini banyak ditemukan pada makanan seperti daging seperti ayam, sosis, bebek, ikan, dan produk olahan susu seperti keju ricotta, keju cottage, yogurt dan telur (livestrong.com) Pustaka: Charantimath, Shivayogi dan Rakesh Oswal. 2011. Herbal Therapy in Dentistry: A Review. Innovative Journal of Medical and Health Science 1: 1 – 4. Gomes, F., B. Leite, P. Teixeira dan R. Oliveira. 2011. Strategies to control Staphylococcus epidermidis biofilms.Science against microbial pathogens: communicating current research and technological advances Haukioja, Anna. 2010. Probiotics and Oral Health. Eur J Dent ; 4(3): 348–355. http://www.livestrong.com http://food.ndtv.com Jacquelyn L. Fried, RDH, MS. 2012. Interdental Cleansing Jill S. Nield-Gehrig, RDH, MA. 2003. Dental Plaque Biofilms pubchem.ncbi.nlm.nih.govSchlafer S, Raarup MK, Meyer RL, Sutherland DS, Dige I, et al. 2011) Landscapes in a Novel Five-Species Model of Early Dental Biofilm. PLoS One 6: e25299. Rmaile, A. 2013. 0037 Disruption of Dental Biofilms by Matrix-degrading Enzymes. British Society for Oral and Dental Research :9-11 Schlafer S, Raarup MK, Wejse PL, Nyvad B, Sta ¨dler BM, et al. 2012. Osteopontin Reduces Biofilm Formation in a Multi-Species Model of Dental Biofilm. PLoS ONE 7(8): e41534
Charantimath, Shivayogi dan Rakesh Oswal. 2011. Herbal Therapy in Dentistry: A Review. Innovative Journal of Medical and Health Science 1: 1 – 4. Gomes, F., B. Leite, P. Teixeira dan R. Oliveira. 2011. Strategies to control Staphylococcus epidermidis biofilms.Science against microbial pathogens: communicating current research and technological advances Haukioja, Anna. 2010. Probiotics and Oral Health. Eur J Dent ; 4(3): 348–355. http://www.livestrong.com Jacquelyn L. Fried, RDH, MS. 2012. Interdental Cleansing Jill S. Nield-Gehrig, RDH, MA. 2003. Dental Plaque Biofilms pubchem.ncbi.nlm.nih.govSchlafer S, Raarup MK, Meyer RL, Sutherland DS, Dige I, et al. 2011) Landscapes in a Novel Five-Species Model of Early Dental Biofilm. PLoS One 6: e25299. Rmaile, A. 2013. 0037 Disruption of Dental Biofilms by Matrix-degrading Enzymes. British Society for Oral and Dental Research :9-11 Schlafer S, Raarup MK, Wejse PL, Nyvad B, Sta ¨dler BM, et al. 2012. Osteopontin Reduces Biofilm Formation in a Multi-Species Model of Dental Biofilm. PLoS ONE 7(8): e41534
|
||||||||||||||||||||||||
0Awesome Comments!