Pencegahan dan Pengendalian Virus Ebola

0

Gambar credit: Isitute National De Sante
Wabah penyakti ebola telah terjadi di Afrika barat sejak Maret 2014. Merupakan wabah penyakit terbesar saat ini. Pengendalian virus ebola tidak dapat diabaikan. Virus Ebola memiliki rasio kemation sebesar 50% sampai 90%
Berikut adalah gejala klinis, pengobatan, dan ciri-ciri virus ebola
Gejala klinis
·           Tiba-tiba sakit dengan gejala sebagai berikut : demam, kedinginan, sakit kepala, myalgia, athralgia, pening, batuk, dan kadangpkadang sakit tenggorokan (rata-rata 8-10 hari setelah terkena virus)
·           Seringnya, gejala lain muncul 5 hari setelah gejala lain yatu:
·         Kemerahan di wajah, leher,
·         Gangguan pencernaan (mual, mabuk, diare, sakit perut)
·         Gangguan pernafasan (batuk, dada sakit)
·         Gangguan saraf (bingung)
·           Kemungkinan terjadi pendarahan, contoh pendarahan membran mukosa (pendarahan gusi)
pengobatan
·           Segera bawa ke rumah sakit
Ciri-ciri virus
·           Termasuk famili Filoviridae, memiliki RNA dengan membran lipida
·           Dapat menginfeksi dalam dosis rendah: hanya dibutuhkan 10 buah virus untuk dapat menginfeksi
·         Gejala diikuti dengan penurunan daya tahan tubuh pasien.
·           Ketahanan virus di lingkungan: beberapa hari (di cairan atau material kering), mampu bertahan, meskipun bersifat inaktif, pada suhu 4⁰C
·         Sensitif terhadapa sodium hipoklorit, pelarut, disinfektan berbasis-alkohol, glutaraldehida 2%, Triton X-100 25%,  -propiolakton, asam asetat 3% (pH 2.5), formaldehida, dan  paraformaldehida, dan deterjen
Waktu inkubasi
·           2 sampai 21 hari, dengan rata-rata 4 sampai 10 hari
Cara penularan
·           Kontak langsung (melalui kulit yang terluka atau membran mukosa) melalui darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi (tinja, urine, keringat, ludah, sperma, ASI, air mata, dsb) orang yang terinfeksi (hidup atau pun jasad)
·           Kontak tidak langsung: melalui objek, permukaan, pakaian atau tempat tidur yang terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi orang yang terinfeksi (hidup atau pun jasad)
·         Kemungkinan melalui udara (infeksi yang bersifat oportunistik), misalkan ketika terjadi penyakit paru-paru dan ketika menggunakan alat bantu pernafasan.
·         Perpindahan di antara anggota keluarga dan teman yang merawat pasien yang terinfeksi dan staff yang tidak mengenakan perlindungan diri yang pantas/sempurna

Sumber
Ebola Virus Disease: Prevention and Control Measures for Hospitals. Isitute National De Sante Publique Du Quebec. 2014.

11 Efek Negatif Menggunakan Sanitizer Berlebihan

0

foto kredit: Bingham
Kita sering menggunakan sabun/antiseptik/sanitizer secara berlebihan, alasannya kurang bersih atau kurang steril. Kita sering menggunakannya sebelum makan, sebelum memegang wajah, setelah bersalaman dengan banyak orang, setelah memegang uang, atau satelah menyentuh pagar, dan menyentuh sana-sini. Tapi tahukah Anda, ada beberapa dampak negatif jika kita berlebihan menggunakan antiseptik (Larso, 2001), yaitu:
1.Ahli kesehatan yang sering mencuci tangan memiliki rasio 10-40% lebih beresiko terkena Iritasi kulit daripada yang tidak (Larson dkk., 1997)

2.Terlalu sering membersihkan tangan akan merusak flora alami kulit.

3.Akan merusak tangan, menyebabkan tangan terluka/iritasi, kering, dan pecah-pecah

4.Tangan yang teriritasi akan lebih rentan terinfeksi Staphylococcus aureus yang resisten/kebal terhadap metisilin (methicillin resistant Staphylococcus aureus, MRSA) (Tufnell dkk., 1987).

5.Meningkatkan resistensi strain bakteri tertentu terhadap bahan antiseptik seperti triklosan. Beberapa resistensi ini tercatat telah terjadi di Inggris dan Jepang (Moken dkk., 1997)

6.Penggunaan awal sanitizer hingga beberapa tahun tidak akan menyebabkan bakteri kebal, namun pengamatan terakhir telah menunjukkan bahwa Escherichia coli tertentu telah mengalami mutasi dan kebal terhadap salah satu disinfektan.

7.Sabun antiseptik biasanya asam, hal ini akan mengubah pH kulit, jika digunakan dalam jangka panjang, mengurangi asam lemak, dan akan merusak kulit, dan membuat beberapa mikroorganisme seperti propionibacter menjadi tumbuh dengan subur dikulit dan sulit dibasmi dengan antiseptik tersebut.

8.Pada beberapa laporan, kenaikan pH dari 0.6 hingga 1.8 setelah mencuci tangan dengan sabun netral, selama jangka waktu 1 sampai 2 menit dan seterusnya hingga 45 menit sampai 2 jam, secara bertahap akan menurunkan kondisis normal kulit (Klauder dan Gross, 1951).

Sejumlah organisme justru tersebar dari tangan perawat yang terlalu sering mencuci tangan dengan sabun antimikroba. Hal ini karena jumlah mikroorganisme pada tangan perawat tersebut meningkat berkaitan dengan penurunan kesehatan kulit perawat (Larson dkk., 1998).

10.Survey terbaru yang dilakukan, perawat dengan tangan yang terluka memiliki rasio ditumbuhi bakteri berikut 2x lipat lebih banyak daripada yang tidak, yaitu oleh S. hominis, S. aureus, bakteri gram negatif, enterococci, dan Candida spp. dan memiliki spesies yang berkolonisasi dalam jumlah yang lebih besar di tangan.

11.Penelitian yang dilakukan pada kulit yang teriritasi, penyembuhannya tidak dapat dilakukan dalam waktu 17 hari.

Baca selanjutnya: cara mengatasi over dosis menggunakan antiseptik


Pustaka
Bingham, James. Hand hygiene and skin damage: Eliminating the concept that alcohol-based handrubs are more damaging than handwashing. GOJO industries
Klauder JV, Gross BA. Actual causes of certain occupational dermatoses. III. a further study with special reference to effect of alkali on the skin, effect of soap on pH of skin, modern cutaneous detergents. Arch Dermatol Symp 1951;63:1-23.
Larso, Elaine. 2001. Emerging Infectious Diseases. Hygiene of the Skin: When Is Clean Too Clean? Vol. 7, No. 2
Larson E, Friedman C, Cohran J, Treston-Aurand J, Green S. Prevalence and correlates of skin damage on hands of nurses. Heart Lung 1997;26:404-12.
Larson EL, Norton Hughes CA, Pyrek JD, Sparks SM, Cagatay EU, Bartkus JM. Changes in bacterial flora associated with skin damage on hands of health care personnel. Am J Infect Control 1998;26:513-21.
Moken MC, McMurry LM, Levy SB. Selection of multipleantibiotic-resistant (mar) mutants of Escherichia coli by using the disinfectant pine oil: roles of the mar and acrAB loci. Antimicrob Agents Chemother 1997;41:2770-2.
Tuffnell DJ, Croton RS, Hemingway DM, Hartley MN, Wake PN, Garvey RJ. Methicillin resistant Staphylococcus aureus; the role of antisepsis in the control of an outbreak. J Hosp Infect 1987;10:255-9.

Mencegah Keracunan Antibiotik (Endotoksin)

0

courtesy: Naples, 2013
Antibiotik merupakan zat kimia yang dalam kadar rendah sudah mempunyai kemampuan untuk menghambat kehidupan atau menghancurkan bakteri atau mikrooganisme lain. Contoh melumpuhkan bakteri penyebab diare Vibrio cholera, Escherichia coli, Campylobacter jejuni, dan Shigella dysenteriae, melumpuhkan bakteri penyebab penyakit pneumonia seperti strain staphylococci, pneumococci, dan enterococci. 

Antibiotik dapat menyebabkan keracunan di dalam tubuh. Endotoksin (disebut juga lipopolisakarida, LPS) merupakan bagian sel luar bakteri gram negatif yang dapat hancur dan terurai dan meracuni sel-sel tubuh manusia ketika bakteri tersebut diserang oleh antibiotik.   

Endotoksin dapat menyebabkan tekanan darah manusia rendah, kekurangan oksigen (hipoksia), gagal ginjal akut, kesulitan mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh, penumpukkan karbondioksida dan racun di dalam tubuh, memperberat kerja hati, septikemia merupakan kerusakan organ akibat respon sistem imun yang berlebihan. Kerusakan berbagai macam organ tubuh ini disebut multi organ failure (MOF).  
 
Keracunan endotoksin dapat dicegah antara lain dengan: 

  • Perbaikan nutrisi. Nutrisi memiliki efek yang dapat memperbaiki sistem pencernaan, meningkatkan fungsi imunitas saluran pencernaan, dan menghambat infeksi. 
  • Mengurangi konsumsi alkohol. Alkohol diketahui dapat memperberat kerja hati. Penumpukkan racun dan karbondioksida di dalam hati akan semakin diperparah jika penderita mengkonsumsi alkohol
  • Mengkonsumsi makanan tertentu yang bersifat antibakteri, untuk menggantikan fungsi antibiotik di dalam tubuh. Seperti kubus merah, lemon, minyak tea-tree, jeruk, bargamot mengandung senyawa fenolik, atau oregano, cengkih, kayu manis, bawang putih, dan serai yang mengandung senyawa allyl isothiocyanate yang dapat menggantikan funsi antibiotik. 
  • Minum susu yang mengandung laktoperoksidase yang dapat memerangi bakteri, jamur, dan virus. Selain itu susu juga mengandung laktoferin dan mengandung lisozim yang dapat memerangi bakteri gram positif dan negatif yang dapat menggantikan funsi antibiotik
  • Konsumsi bakteri asam laktat (BAL). Bakteri ini banyak terdapat pada makanan fermentasi seperti kimchi, acar, asinan buah, yogurt, keffir, dan sebagainya. Makanan fermentasi ini banyak menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat memerangi berbagai mikroorganisme jahat di dalam tubuh yang dapat menggantikkan fungsi antibiotik.





Pustaka:
1.       CULTURES. A Publication of ASM. Vol.1 Issue 2. Spring 2014.
2.       Hayek, Saeed A., Rabin Gyawali, dan Salam A. Ibrahim Antimicrobial Natural Products. Microbial pathogens and strategies for combating them: science, technology and education (A. Méndez-Vilas, Ed.)
3.       Hurley, James C. 2013. Towards Clinical Applications of Anti-endotoxin Antibodies;  A Re-appraisal of the Disconnect. Toxins, 5, 2589-2620.
4.       Naples. 2013. Innovating for growth: a bioeconomy for Italy. European Biotech Week. September 30-Oktober 4.
5.       Ryan, Kenneth J. dan C. George ray. Clinical Sherris Medical Microbiology an Introduction to Infectious Diseases. 4th edition. Mcgraw-Hill Medical Publishing Division. New York
6.       Tiwari, SC, Sanjay Vikrant. Sepsis and the Kidney. Journal of Indian Academy of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1
7.       Ren,Yi, Yi Xie, Guoping Jiang, Jianqing Fan, Joseph Yeung, Wen Li, Paul K. H. Tam, dan John Savill. 2008. Apoptotic Cells Protect Mice against Lipopolysaccharide-Induced Shock1. The Journal of Immunology
 

Popular Posts