Fakta Negatif (Atau Positif) Vaksin?

0
Credit: Goodchild, 2013
Pneumonia dan diare merupakan dua pembunuh utama anak-anak menurut United Nations International Cultural and Educational Foundation (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) yang disebabkan oleh virus. Badan ini melaporkan bahwa dua penyakit tersebut membunuh lebih dari dua juta anak-anak setiap tahun. Dan keduanya membuat 29% penyebab kematian anak di bawah usia lima tahun (1). Rendahnya sanitasi, kekurangan air bersih, dan kurangnya akses ke tempat-tempat kesehatan dan akses untuk mendapatkan vaksin merupakan salah satu penyebab kematian akibat diaere terutama karena virus rotavirus. Virus varicella, varicella-zoster virus (VZV) merupakan salah satu virus yang menular melalui udara atau pun kontak langsung dengan kulit penderita yang terinfeksi, merupakan salah satu dari delapan
virus herpes yang menginfeksi manusia. Virus ini memeliki DNA untai ganda dan berkerabat dekat dengan herpes simplex virus tipe 1 dan 2. Virus ini dapat berkembang biak dengan cepat, menyebar dan menghancurkan sel yang diinfeksi. Seperti herpes virus yang lain, VZV memiliki kemampuan yang tidak biasa untuk membangun infeksi laten pada ganglion saraf dan diaktifkan kembali olehnya.  Infeksi utama VZV menyebabkan varicella atau ‘chickenpox’, dimana reaktifasi laten dari VZV ini menyebabkan herpes zoster (HZ) yang juga dikenal sebagai zoster atau ‘shingles’. Infeksi ini umumnya menyebabkan malaise, demam, dan  vesikular yang kemerahan. Infeksi komplikasi chickenpox kejadiannya kurang dari 1%, namun dapat menyebabkan lesi kulit kedua, radang paru-paru, radang serabut otak dan ataksi serebelar, trombositopenia, dan hepatitis (NCIRS Fact sheet. 2015).
West Nile virus (WNV) dan the four dengue viruses (DENV1-4) merupakan flaviviruses termasuk famili Flaviviridae. Yang menyebabkan kasus yang sedang hingga kematian, dan gejala lain seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri di belakang kepala, dan kulit kemerahan [2].
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terutama berefek pada hati. Infeksi pada bayi atau balita tidak mempunyai gejala, tetapi dalam infeksi yang lebih tinggi, terutama dengan orang tua yang terinfeksi. Gejala dan tanda-tanda orang yang terinfksi HBV sama dengan gejala infeksi virus lain seperti demam, badan terasa tidak sehat, sakit kepala, anoreksia, mual, dan kram, sakit abdominal, dan nyeri otot. Tingkat kekronisan yang pada seseorang akan menyebabkan sirosis hati dan/atau karsinoma hepatoseluler, yang dapat dipertimbangkan kehidupan dan kematiannya (Factsheet. 2015).
Vaksin hampir dapat menghilangkan atau mengurangi secara signifikan insiden berbagai macam infeksi virus seperti yang disebut di atas. Selain itu, vaksin juga dapat digunakan untuk mengatasi serangan virus lain seperti 1) dipteri, 2) invasive Haemophilus influenzae tipe b (Hib), 3) measles, 4) polio, 5) rubella, 6) tetanus, 7) mumps, 8) varicella, 9) pertussis, 10) influenza, 11) flu burung, 12) meningitis, dsb.
Penggunaan vaksin sangat dianjurkan untuk semua remaja (≥14 tahun) yang yang belum diimunisasi, orang dewasa, dan terutama direkomendasikan untuk orang yang kemungkinan terpapar tinggi oleh virus, atau kemungkinan komplikasi virus dengan penyakit lain, seperti pegawai kesehatan, pekerja sosial anak-anak, dan wanita yang belum diimunisasi sebelum hamil.

Vaksin telah dikembangkan penggunaannya dan dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan penggunaan vaksin (Kimmel dkk., 2007). Sistem pengingatan/sistem recall untuk pasien, keluarga, dan penyedia, systems for patients, families, and providers; pengenalan vaksin di sekolah dan perlindungan anak; penurunan harga vaksin untuk pasien/masyarakat; asesmen dan pengumpulan umpan balik dari penyedia; merupakan cara-cara lain untuk meningkatkan penggunaan vaksin.
Pemberian edukasi dan peningkatan jasa layanan vaksin merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penggunaan vaksin menurut Kimmel dkk., 2007
Hambatan penggunaan vaksin dapat terjadi karena ada beberapa informasi dan fakta sebagai berikut:
  1. Virus, Bakteri, Sel, dan bagian-bagian lain yang dilemahkan atau dinonaktifkan merupakan komponen vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh. Komponen ini dicurigai dapat mengalami perubahan genetika dan menginfeksi tubuh, namun demikian kemungkinan ini sangat kecil. Fungsi utama virus, bakteri, atau sel dimasukkan ke dalam tubuh adalah untuk menginisiasi pembentukkan antibodi tubuh, sehingga ketika tubuh terinveksi virus yang sesungguhnya tubuh sudah memiliki mekanisme perlindungan diri (WHO, 2014)b.
  2. Line sel WI-38 dan MRC-5. Merupakan line sel dipoid manusia yang digunakan untuk menumbuhkan virus. Sel line ini digunakan karena virus tidak dapat tumbuh sendiri, dan oleh karena itu digunakan untuk menumbuhkan virus. Namun pada saat virus dipanen, komponen sel line itu dipisahkan dari virus, atau pun sel line itu tidak digunakan sebagai formulasi. Sel line sel ini didapatkan dari embrio manusia. Antara lain didapatkan dari janin yang diaborsi di rumah sakit atas kerelaan orang tuanya. Sel line ini masih digunakan hingga saat ini namun secara perlahan mulai digantikan oleh kultur dari monyet, bebek, kelinci, ayam, anjing, dan jaringan tikus.
  3. Vaksin virus Rubella strain RA 27/3. Virus rubella strain RA 27/3 merupakan virus yang dapat menginfeksi wanita dan dapat diturunkan ke anak yang sedang dikandungnya. Serangan virus ini dikhawatirkan dapat menyebabkan cacat bayi. Vaksin virus rubella strain RA 27/A didapatkan dari ginjal janin yang digugurkan karena terinfeksi virus rubella dari ibunya yang terinfeksi virus rubella. Vaksin ini akhirnya digunakan oleh seluruh ibu hamil untuk melindungi calon bayinya dari serangan virus rubella (Plotkin SA. 1973).  
  4. Eksipien Porksin. Eksipien merupakan bahan inaktif yang terdapat pada vaksin. Eksipien ini digunakan untuk membantu menjaga kestabilan dan melindungi bahan aktif selama pembentukkan kering-beku dan penyimpanan, dan juga digunakan untuk pelarut. Beberapa produk ini terdiri atas hidrolisat gelatin atau tripsin, yang mungkin juga mengandung porksin (dari babi). Hidrolisat gelatin merupakan campuran peptida dan protein yang diproduksi dengan cara menghidrolisis kolagen, yang diperoleh dari kulit, tulang, dan komponen lain, yang kebanyakan dari babi atau binatang ternak lain. Hidrolisis di sini berarti proses pemecahan molekul kolagen menjadi rantai asam amino (polipeptida) dengan menggunakan asam atau basa, dilanjutkan dengan pemurnian.
  5. Enzim tripsin. Enzim tripsin dapat digunakan untuk memproduksi beberapa vaksin viral, untuk mengendapkan dinding sel-sel kultur pada saat pemanenan. Seperti gelatin, tripsin kebanyakan merupakan produk turunan dari porksin atau pun bovin.
  6. Eksipien bovin. Serum bovin atau albumin digunakan pada saat penumbuhan virus. Penambahan ini digunakan sebagai sumber nutrisi (dalam bentuk albumin, asam amino atau peptida, dan faktor penumbuh) dan sebagai protein penstabil. Hidrolisat gelatin atau tripsin merupakan alternatif bovin yang diturunkan babi (Anonim, 2011)
  7. Komponen vaksin lain. Tidak semua vaksin ditumbuhkan di embrio ayam, vaksin bukan merupakan produk darah, vaksin tidak mengandung alkohol, tidak mengandung racun, dan tidak mengandung logam berat, dan vaksin bukan merupakan priduk modifikasi genetik, genetic modified organisms (GMO) (Grabenstein, 2013). 
  8. Vaksin dan autisme. Di Denmark pernah terdapat kasus bahwa ada gejala autis setelah vaksinasi MMR pada anak-anak. Meskipun demikian, kasus ini tidak dapat dibuktikan bahwa autisme benar-benar disebabkan oleh vaksinasi. Faktor-faktor lain seperti genetik, kurangnya program imun TH2, peningkatan viral ensefalitis pada awal hidup, kekurangan vitamin B12, kelainan hormonal, faktor lingkungan, juga faktor-faktor lain yang belum diketahui berkontribusi terhadap lebih terjangkitnya autisme setelah vaksinasi MMR daripada sebelum vaksinasi. Sedangkan penelitian-penelitian lain tidak dapat membuktikan kaitan antara penggunaan vaksin dengan autisme.
  9. Reaksi Alergi termasuk Anafilaksis. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi yang berat dan berlebihan dan dapat menyebabkan kematian. Reaksi ini termasuk termasuk di daerah penyuntikkan. Lebih umum, orang akan mengalami efek jangka pendek yaitu demam, sakit tenggorokan, kemerahan, di daerah yang disuntik. Efek ini tentu saja lebih baik, daripada menjadi sakit. Rasio kejadian anafilaksis sekitar3.5 sampai 10 per juta dosis diikuti dengan yang berisi vaksin measles. Kejadian ini diatasi dengan pelindung yang digunakan untuk kasus anafilaktsis dan dengan metode yang bervariasi dengan menggunakan sistem pertahanan pasif atau pun aktif. Penelitian akhir-akhir ini yang dilakukan mengindikasikan bahwa reaksi anafilaksis terhadap vaksin measles tidak disebabkan karean sisa-sisa protein telur tetapi oleh komponen vaksin yang lain. Kasus yang dilaporkan telah menunjukkan bahwa satu orang yang mengalami reaksi anafilaktik diikuti dengan vaksinasi MMR terjadi dikarenakan orang tersebut memiliki antibodi IgE yang berekasi terhadap gelatin, bahan penstabil yang digunakan dalam produksi vaksin. Artinya vaksin ini aman diberikan pada orang yang alergi terhadap telur

Pustaka
  1. Anonim. 2011. Bovine serum. United States Pharmacopeia 34th revision. Rockville, MD: United Pharmacopeial Convention: p.432-41
  2. Grabenstein, John D. 2013. What World's religions teach, applied to vaccines and immune globulins. Review. Vaccine 31:2011-2023 
  3. Goodchild, Lucy. 2013. Better vaccine supply systems could save 22 million children, scientists say. New supplement to the journal Vaccine emphasizes the need to improve understanding about the benefits of immunization. elsevier.com
  4. Goldman G.S. dan. F.E. Yazbak. 2004. An Investigation of the Association Between MMR Vaccination and Autism in Denmark. Journal of American Physicians and Surgeons Volume 9 Number 3
  5. Fact sheet. 2015. Hepatitis B vaccines for Australians. National Centre Immunisation Research and Surveillance 
  6. Kimmel, Sanford R., Ilene Timko Burns, Robert M, Wolfe, dan Richard Kent Zimmerman. 2007. Addressing immunization barriers, benefits, and risks. The Journal of Family Practice. VOL. 56, NO. 2
  7. Krishnan, Manoj N. dan Mariano A. Garcia-Blanco. 2014. Targeting Host Factors to Treat West Nile and Dengue Viral Infections. Review. Viruses, 6, 683-708  
  8. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. 2008. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVI National Institutes of Health. 0NIH Publication No. 08-4219
  9.  NCIRS Fact sheet. 2015. Varicella-zoster (chickenpox) vaccines for Australian children. 
  10. Plotkin SA., Farquhar JD, dan Orga PL. 1973. Immunologic properties of RA27/3 rubella virus vaccines: a comparison with strain presently licensed in the United States. JAMA; 225:585-9
  11. Wang, Wei dan Manmohan Singh. 2011. Selection of Adjuvants for Enhanced Vaccine Potency
    World Journal of Vaccines 1, 33-78
  12. World Health Organization (WHO)a. 2014. INFORMATION SHEET OBSERVED RATE OF VACCINE REACTIONS MEASLES , MUMPS AND RUBELLA VACCINES. Global Vaccine Safety Essential Medicines & Health Products 20, Avenue Appia, CH-1211 Geneva 27 Switzerland
  13. World Health Organization (WHO)b. 2014. INFORMATION SHEET OBSERVED RATE OF VACCINE REACTIONS  OLIO VACCIN ES. Global Vaccine Safety Essential Medicines & Health Products 20, Avenue Appia, CH-1211 Geneva 27 Switzerland