0
foto kredit: Bingham |
1.Ahli kesehatan yang sering mencuci tangan memiliki rasio 10-40% lebih beresiko terkena Iritasi kulit daripada yang tidak (Larson dkk., 1997)
2.Terlalu sering membersihkan tangan akan merusak flora alami kulit.
3.Akan merusak tangan, menyebabkan tangan terluka/iritasi, kering, dan pecah-pecah
4.Tangan yang teriritasi akan lebih rentan terinfeksi Staphylococcus aureus yang resisten/kebal terhadap metisilin (methicillin resistant Staphylococcus aureus, MRSA) (Tufnell dkk., 1987).
5.Meningkatkan resistensi strain bakteri tertentu terhadap bahan antiseptik seperti triklosan. Beberapa resistensi ini tercatat telah terjadi di Inggris dan Jepang (Moken dkk., 1997)
6.Penggunaan awal sanitizer hingga beberapa tahun tidak akan menyebabkan bakteri kebal, namun pengamatan terakhir telah menunjukkan bahwa Escherichia coli tertentu telah mengalami mutasi dan kebal terhadap salah satu disinfektan.
7.Sabun antiseptik biasanya asam, hal ini akan mengubah pH kulit, jika digunakan dalam jangka panjang, mengurangi asam lemak, dan akan merusak kulit, dan membuat beberapa mikroorganisme seperti propionibacter menjadi tumbuh dengan subur dikulit dan sulit dibasmi dengan antiseptik tersebut.
8.Pada beberapa laporan, kenaikan pH dari 0.6 hingga 1.8 setelah mencuci tangan dengan sabun netral, selama jangka waktu 1 sampai 2 menit dan seterusnya hingga 45 menit sampai 2 jam, secara bertahap akan menurunkan kondisis normal kulit (Klauder dan Gross, 1951).
9 Sejumlah organisme justru tersebar dari tangan perawat yang terlalu sering mencuci tangan dengan sabun antimikroba. Hal ini karena jumlah mikroorganisme pada tangan perawat tersebut meningkat berkaitan dengan penurunan kesehatan kulit perawat (Larson dkk., 1998).
10.Survey terbaru yang dilakukan, perawat dengan tangan yang terluka memiliki rasio ditumbuhi bakteri berikut 2x lipat lebih banyak daripada yang tidak, yaitu oleh S. hominis, S. aureus, bakteri gram negatif, enterococci, dan Candida spp. dan memiliki spesies yang berkolonisasi dalam jumlah yang lebih besar di tangan.
11.Penelitian yang dilakukan pada kulit yang teriritasi, penyembuhannya tidak dapat dilakukan dalam waktu 17 hari.
Baca selanjutnya: cara mengatasi over dosis menggunakan antiseptik
Pustaka
Bingham, James. Hand hygiene and skin damage: Eliminating the concept that alcohol-based handrubs are more damaging than handwashing. GOJO industries
Klauder JV, Gross BA. Actual causes of certain occupational
dermatoses. III. a further study with special reference to effect of alkali on
the skin, effect of soap on pH of skin, modern cutaneous detergents. Arch
Dermatol Symp 1951;63:1-23.
Larso, Elaine. 2001. Emerging Infectious Diseases. Hygiene
of the Skin: When Is Clean Too Clean? Vol. 7, No. 2
Larson E, Friedman C, Cohran J, Treston-Aurand J, Green S.
Prevalence and correlates of skin damage on hands of nurses. Heart Lung
1997;26:404-12.
Larson EL, Norton Hughes CA, Pyrek JD, Sparks SM, Cagatay
EU, Bartkus JM. Changes in bacterial flora associated with skin damage on hands
of health care personnel. Am J Infect Control 1998;26:513-21.
Moken MC, McMurry LM, Levy SB. Selection of
multipleantibiotic-resistant (mar) mutants of Escherichia coli by using the
disinfectant pine oil: roles of the mar and acrAB loci. Antimicrob Agents
Chemother 1997;41:2770-2.
Tuffnell DJ, Croton RS, Hemingway DM, Hartley MN, Wake
PN, Garvey RJ. Methicillin resistant Staphylococcus aureus; the role of
antisepsis in the control of an outbreak. J Hosp Infect 1987;10:255-9.
0Awesome Comments!