Pengembangan Bioenergi dengan Menggunakan Mikroalga (Positif dan Negatif)

0
Bioenergi merupakan energi terbaharukan yang diperoleh dari minyak yang berasal dari sayuran dan lemak binatang. Salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan pasar bioenergi adalah ketersediaan dan harga bahan baku. Penanaman bahan baku untuk bioenergi telah berkompetisi dengan tanaman pangan terutama dalam penggunaan lahan dan air. Oleh karena itu, alternatif bahan baku baru perlu ditemukan. Salah satu sumber energi yang terbaharukan tersebut adalah mikroalga. Mikroalga mampu menyerap CO2 di lingkungan dan dengan menggunakan cahaya matahari akan menghasilkan bahan bakar alami berupa minyak dan bahan kimia tambahan lain yang dapat dimanfaatkan dengan kemajuan teknologi.
Faktanya bahwa mikroalga dapat tumbuh di medium cair, menyebabkan mikroalga tersebut mudah mendapatkan air, cahaya matahari yang melimpah, nutrisi, CO2, dapat tumbuh pada pH yang bervariasi, dan dapat tumbuh di berbagai macam air seperti air tawar, air laut, hingga tempat instalasi pengolahan air limba, serta dapat menggunakan bahan-bahan lain yang apat meningkatkan produksi minyak per unit area, dibandingkan dengan tanaman lain yang telah digunakan. Pun dibandingkan dengan tanaman lain penghasil biofuel mikroalga juga memliki keuntungan karena tidak perlu mendapatkan banyak perawatan.
Mikroalga dapat memproduksi lemak tertentu, yang dapat diproses menjadi bahan bakar berharga seperti biofuel (melalui transesterifikasi), jet fuel, gasolin tradisional, dan produk diesel tergantung pada spesies mikroalga.
Proses Produksi dan Pemanenan Mikroalga. Credit: igutek.scripts.mit.edu
Berdasarkan proses di atas, pemanfaatan mikrooalga selain menghasilkan bioenegi dapat mengurangi emisi CO2 di lingkungan dan mendaurnya menjadi energi.
Pemanenan dan pemanfaatan mikroalga untuk energi dapat dilakukan dengan metode kolam terbuka, fotobioreaktor, fermenter. Metode kolam terbuka dilakukan dengan menumbuhkan mikroalga di kolam terbuka. Metode fotobioreaktor adalah menumbuhkan mikroalga di pipa-pipa transparan yang disusun sedemikian rupa sehingga mendapat cahaya (Food and Agriculture Organization. 2009). Sedangkan metode fermenter dilakukan dengan menumbuhkan mikroalga pada tabung fermenter kemudian dilakukan pemanenan dan penambahan bibit mikroalga dan nutrisi secara bertahap (Either. 2010)
Meskipun demikian, menurut Alabi dkk., 2009 produksi energi dengan menggunakan mikrooalga ini masih dilakukan dalam tahap penelitian, perlu riset dan pengembangan untuk meningkatkan produksi dan mengurangi harga. 
Pustaka:
  1. Alabi O. Abayomi, Martin Tampier, dan Eric Bibeau. 2009. MicroalgaesTechnologies and Processes for Biofuels/Bioenergy Production in British Columbia. final British Columbia Inovation Council
  2. http://igutek.scripts.mit.edu
  3. Ethier, Shannon E. 2010. Producing Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acids from Biodiesel Waste Glycerol by Microalgae Fermentation. Thesis. Virginia Polytechnic Institute and State University: Virginia 
  4. Sudhakar, K. dan M. Premalatha. Micro-algal Technology for Sustainable Energy Production:  State of the Art. Journal of Sustainable Energy & Environment 3 59-62
  5. Food and Agriculture Organization. 2009. ALGAE-BASED BIOFUELS: A Review of Challenges and Opportunities for Developing Countries. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) Environment, Climate Change and Bioenergy Division: Italy