0
Credit: abwaba.com |
Meskipun hasil fermentasi produk olahan daging seperti sosis
tidak seterkenal produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Produk olahan
susu masih mengandung bakteri starter yang tumbuh pada susu tersebut dan
berperan sebagai bakteri baik ketika bakteri tersebut masuk ke sistem
pencernaan manusia, sedangkan sosis tidak mengandung strater yang masih hidup
ketika sosis tersebut dimasak atau sudah dalam bentuk siap makan, namun sosis masih
memiliki beberapa kebaikan seperti:
Pembuatan sosis dilakukan dengan menambahkan kultur (BAL) bakteri
asam laktat seperti Lactococcus lactis,
Lactobacillus sakei, Staphylococcus carnosus, Staphylococcus
xylosus (SS3), Lactobacillus
plantarum, Lactobacillus curvatus, dan bakteri-bakteri lain seperti Pediococcus spp., Streptomyces natalensi, dan Leuconostoc
spp., Fermentasi yang dilakukan oleh bakteri-bakteri ini selain dapat
menguraikan protein yang terdapat pada daging menjadi asam amino-asam amino
yang siap diserap oleh tubuh, juga dapat meningkatkan rasa, aroma, dan warna
atau organoleptik sosis. Selain itu, bakteri-bakteri ini juga mengandung
bahan-bahan pengawet alami seperti bakterisosin.
Lactobacillus sakei
dapat memperbaiki kualitas organoleptik dan sensori sosis dan penghasil
bakteriosin sakasin K yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Listeria monocytogenes (Hugas dkk.,
1995). BAL memiliki fungsi untuk membentuk aroma dan menghasilkan senyawa
antimikroba seperti asam laktik dan dan asam asetik, hidrogen peroksida,
diasetil, dan bakteriosin (Papamanoli, 2003). Pediococcus acidilactici dan P.
pentosaceus menghasilkan bakteriosin pediosin yang bersifat tahan panas, dapat
digunakan di berbagai macam pH, dan dapat memerangi bakteri pembusuk dan patogen
gram positif seperti L. monocytogenes,
Enterococcus faecalis, S. aureus, and C. perfringens (Papagianni dan
Anastasiadou. 2009). Streptomyces
natalensis menghasilkan anti jamur yaitu
natamisin yang dapat memerangi pertumbuhan jamur patogen. Staphylococcus carnosus
dan S. xylosus memiliki kemampuan untuk
memperlambat bau tengik melalui dekomposisi peroksida, mengurangi nitrat untuk
pembentukkan warna, dan meningkatkan aroma hasil dari proteolisis (Hammes dan
Knauf, 1994)
Sosis dari daging mengandung turunan gizi yang berupa energi,
protein, vitamin B, besi, dan zinc (Quasem dkk., 2009). Sedangkan sosis dari
ikan mengandung turunan berupa selenium, iodin, vitamin-B,
polyunsaturated fatty acids (PUFAs)
tinggi, asam lemak omega-3, eicosapentaenoic
acid (EPA), dan docosahexaenoic acid (DHA)
(Fournier dkk., 2007 dalam Ozer dkk., 2012)
Manurut laporan Abou Arab, 2002 menyatakan bahwa proses
fermentasi daging dan susu menghasilkan produk pengolahan susu (keju) dan
produk olahan daging (sosis) mengurangi residu pestisida karena aktifitas
starer pada susu dan daging tersebut. Selain itu penulis juga melaporkan bahwa BAL
dapat menurunkan beberapa tipe pestisida (DDT, malation, dan fenvalerat) pada
masa inkubasi selama 120 jam. Peric dkk., 1981 juga menyebutkan bahwa
penambahan beberapa bakteri ke dalam fermentasi sosis akan menurunkan
konsentrasi HCH secara signifikan.
Bahan Aditif
Apakah sosis tidak menggunakan bahan pengawet? Tetap
menggunakan, jamur lebih sering tumbuh pada sosis kering sehingga perlu
tambahan pengawet makanan, bahan pengawet yang sering digunakan antara lain
asam sorbat, potasium sorbat, asam laktat. Selain itu sosis biasanya
menggunakan pewarna, bahan tambahan anti bakteri, antioksidan, pengawet makanan,
fortifikasi, pengemulsi dan penambah aroma (Quasem dkk., 2009).
Pustaka:
1.
Abou-Arab, A.A.K. 2002. Degradation of
organochlorine pesticides by meat starter in liquid media and fermented
sausage. Food and Chemical Toxicology, 40, 33-41.
2.
Al-ahmad, Shadi . 2015. The Effect of Starter
Cultures on thePhysico–chemical,Microbiological and Sensory Characteristics of
Semi-dried Sausages. International Journal of ChemTech Research. Vol.7, No.4,
pp 2020-2028.
3.
Fournier, V., Destaillats, F., Hug, B., Golay,
P.A., Joffre, F., Jauneda, P., Semon, E. Dionesi, F., Lambelet, P., dan Sebedio,
J.L. 2007. Quantification of eicosapentaenoic and docosahexaenoic acid
geometrical isomers formed during fish oil deodorization by gas-liquid
chromatography, Journal of Chromatography A 2007, 1154, 353-359. Dalam Özer, Eda,
Mustafa Ünlüsayin, dan Ruhan Erdilal. 2012. Microbiological, physicochemical,
and sensorial quality of vacuum-packed sausage from thornback ray (Raja clavata
L., 1758) at chilled storage . Journal of Agroalimentary Processes and
Technologies 18 (1), 1-7
4.
Hammes, W.P. and Knauf, H.J. 1994. Starters in
the processing of meat products. Meat Science,36:155–168.
5.
Hugas M, Garriga M, Aymerich MT, dan Monfort JM.
1995. Inhibition of Listeria in dry fermented sausages by the bacteriocinogenic
Lactobacillus sake CTC494. Journal of Applied Bacteriology 79, 322330.
6.
Lücke, F. K. 1998. Fermented sausages. In: Wood,
B.J.B. Microbiology of Fermented Foods. Blackie, London. 441-583.
7.
Papagianni M. dan Anastasiadou S. 2009. Pediocins:
The bacteriocins of pediococci. Sources, production, properties and
applications. Microbial Cell Factories;8:3.
8.
Papamanoli, E., Tzanetakis, N.,
Litopoulou-Tzanetaki, E. and Kotzekidou, P. 2003. Characterization of lactic acid bacteria
isolated from a Greek dry-fermented sausage in respect of their technological
and probiotic properties. Meat Science, 65: 859-867.
9. Peric, M., Raseate, J. & V. Visaki. 1981.
Degradation Organochlorione Pesticide on Influenced by Micrococci Isolated from
Fermented Sausages. In: European Meeting of Meat Research Workers, (25th
Symposium) Belgrade, Yugoslavia.
10.
Quasem Jihad M., Ayman Suliman Mazahreh, dan Ali
Faleh Al-Shawabkeh. 2009. Nutritive Value of Seven Varieties of Meat Products
(Sausage) Produced in Jordan. Pakistan Journal of Nutrition 8 (4): 332-334
11.
www.abwaba.com
0Awesome Comments!